Judul: Rumah Dara
Sutradara: MO Brothers (Timothy Tjahjanto dan Kimo Stamboel)
Produser: Delon Tio (Nation Pictures and Merah Production)
Genre: Action Survival Thriller
Rating: 4.5 out of 5
Rumah dara atau (Macabre sebutan
international film ini) mungkin ini film Slasher tersukses garapan indonesia yang pernah ada. ditengah maraknya film
horror berbau porno. MO Brother mampu menampilkan film yg berbeda untuk
masyarakat indonesia.
Penantian para penggemar film horror
nasional sendiri akan Rumah Dara sebenarnya dimulai pada film pendek berjudul Dara yang dibuat dua sutradara, Kimo Stamboel
dan Timothy Tjahjanto, yang dikenal sebagai Mo Brothers, dalam sebuah kompilasi
film-film pendek bergenre horror berjudul Takut: The Faces of Fear. Lewat Dara, Mo Brothers memperkenalkan para penonton dengan Dara
(Shareefa Daanish), seorang wanita manis nan misterius yang memiliki ‘resep
rahasia’ untuk mengelola berbagai jenis makanan yang ia tawarkan di restoran
miliknya.
Dalam Rumah
Dara, Mo Brothers tidak lagi menceritakan Dara sebagai seorang wanita
pengelola restoran yang hidup sendirian. Ia tinggal di sebuah rumah tua bersama
ketiga “anak”-nya, Adam (Arifin Putra), Arman (Ruly Lubis), dan Maya (Imelda
Therinne).
Di suatu malam yang dipenuhi hujan, Maya, yang mengaku
bahwa dirinya baru saja dirampok, diselamatkan oleh sekelompok orang yang sedang
dalam perjalanan mereka dari Bandung untuk kembali menuju Jakarta. Adjie (Ario
Bayu) dan istrinya, Astrid (Sigi Wimala), Jimi (Daniel Mananta), Eko (Dendy
Subangil), Alam (Mike Lucock) dan Ladya (Julie Estelle), adik Adjie, tentu
tidak akan menyangka bahwa niat tulus mereka dalam menolong Maya akan berakhir
dengan serangkaian teror yang akan terbentang di hadapan mereka.
Maya membawa para penolongnya tersebut ke rumahnya
untuk diperkenalkan pada ibunya, Dara (Daanish). Dara, yang merasa sangat berterima
kasih atas pertolongan yang telah mereka lakukan pada Maya, memaksa agar mereka
untuk dapat tinggal sejenak untuk makan malam sebagai rasa terima kasihnya.
Tentu saja, seperti yang telah diduga para penontonnya, sajian makan malam yang
direncanakan hanya sejenak, akan berlangsung lebih lama dari perkiraan.
Sebelumnya, saya harus memberikan pujian penuh bagi
The Mo Brothers yang berani untuk memberikan sebuah sajian baru bagi para
penggemar film horror Indonesia. Setelah dijejali dengan berbagai makhluk
mistis, dan diikuti dengan kembalinya tren horror Indonesia ’80-’90-an, yakni
menyertakan unsur seks di dalam jalan cerita, sungguh sangat menyenangkan hati
untuk melihat film ini.
Dimulai dengan sekelumit adegan drama yang sejujurnya
kurang berhasil di awal film, jalan cerita dari Rumah Dara sebenarnya sudah sangat mudah tebak, khususnya bila
Anda merupakan orang yang sangat menggemari film-film horror bergenre sama
seperti The Texas Chainsaw Massacre,
Hostel atau Saw. Dalam sebuah wawancara, The Mo
Brothers sempat menyebutkan bahwa Rumah
Dara adalah permulaan dari sebuah cerita yang lebih panjang.
Mungkin yang dimaksudkan mereka adalah akan ada prekuel dan sekuel lanjutan
dari film ini. Kemungkinan sekuel tentu saja dapat terlihat dari adegan ending yang menggantung, sementara
kemungkinan prekuel well… mungkin dapat dilihat dari kurangnya eksplorasi
cerita yang diberikan mengenai keluarga Dara, baik mengenai masing-masing
penghuni rumah Dara maupun mengapa mereka melakukan tindakan tersebut.
Dari segi akting, beberapa di antara para pemeran Rumah Dara mampu memberikan
penampilan yang sangat baik, dan kebanyakan mereka berasal dari pemeran
karakter penghuni rumah Dara. Jujur, penggambaran Dara di Rumah Dara, dengan suara berat yang
ughhh… sedikit mengganggu, sedikit mengecewakan saya, jika dibandingkan dengan
Dara yang ada di film pendek Dara.
Tiga karakter penghuni rumah Dara lainnya, Adam, Arman dan Maya, juga dengan
sempurna dimainkan oleh para pemerannya. Seperti halnya Daanish, Arifin Putra
juga berhasil menyingkirkan imej anak baik-baik yang telah melekat dengan
dirinya selama ini untuk menjadi Adam.
Dan masalah datang dari pihak protagonis… Penampilan
Julie Estelle, Ario Bayu dan Sigi Wimala (dan mungkin Mike Lucock), mungkin
tidak dipermasalahkan. Penampilan mereka malah dapat disebut baik, walau tidak
dapat dikatakan sempurna. Yang mengganggu tentu saja penampilan dari Daniel
Mananta dan Dendy Subangil yang memerankan Jimi dan Eko. Mungkin mereka
bermaksud komikal dalam memerankan kedua karakter tersebut, namun kadang baik
Daniel dan Dendy dapat terkesan terlalu berlebihan. Maksud saya, lihat adegan
ketika Jimi, Eko dan Ladya dengan tangan terikat sedang terkurung di sebuah
ruangan gelap melihat rekan mereka, Alam, sedang “dibersihkan tubuhnya” oleh
Arman. Karakter mereka memang sudah seharusnya berteriak-teriak ketakutan, tapi
apa yang ditampilkan Jimi dan Eko awalnya malah terkesan berlebihan, kemudian
berlanjut menjadi konyol dan lama-kelamaan menjadi mengesalkan.
Tunggu, karakter-karakter yang mengesalkan belum
berhenti sampai disitu. Di tengah jalan, sekelompok polisi yang terlihat
sangat, sangat tidak meyakinkan datang ke rumah Dara. Para polisi tersebut juga
membawa karakter mengesalkan lainnya, seorang tahanan yang diperankan oleh
Aming. Mungkin, The Mo Brothers ingin memasukkan unsur komedi di dalam jalan
cerita Rumah Dara. Namun, apa
yang mereka tampilkan di Rumah Dara
sangat tidak efektif dan malah terkesan hanya sebagai perpanjangan cerita
sebelum keluarga Dara menghabisi para korbannya.
Di lain pihak, tata visual yang ditampilkan di Rumah Dara adalah sangat mengagumkan.
The Mo Brothers berhasil menyajikan sebuah racikan visual yang sangat
meyakinkan untuk menyesuaikan dengan jalannya mood cerita film ini. Gelap dan
misterius. Tata musik yang mereka pilih untuk tiap adegan di Rumah Dara juga sangat unik.
Menggunakan lagu-lagu Indonesia bernuansa klasik, yang sangat sesuai dengan
latar belakang rumah Dara yang tua, sekaligus menambah rasa ketakutan para
penontonnya.
Secara keseluruhan, apa yang telah The Mo Brothers
berikan lewat Rumah Dara dapat
dikatakan cukup menarik. Bagi mereka yang terbiasa dengan menikmati film-film
horror Indonesia yang selalu bernuansa mistis, tentu saja Rumah Dara akan memberikan sebuah
bentuk teror baru. Walau begitu, beberapa titik kelemahan yang ada di film ini
tentu saja tidak dapat diabaikan. Sialnya, titik-titik kelemahan tersebut
berada pada poin-poin utama dari sebuah film, seperti jalan cerita dan para
pemeran pendukungnya. Bagaimanapun, Rumah
Dara adalah sebuah film yang kualitasnya jauh berada diatas film-film
horror Indonesia lainnya. Dan hal itu adalah sebuah hal yang membuat Anda harus
menyaksikan sendiri bagaimana film ini sebenarnya.
No comments:
Post a Comment